Oleh:
Putri Rahmawati
Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah banyak hal di masyarakat. Mulai
dari cara berpikir sampai berperilaku. Terbukti banyak ditemukan berita-berita
terkini tentang pelajar yang ditemukan tewas karena pembullyan, pembunuhan
sampai pada pemerkosaan. Gradasi moral pada pelajar saat ini tentu dilatar
belakangi pelbagai faktor. Pelajar merupakan salah satu poros perubahan bangsa
kedepan, jika moral pelajar saja dapat tergerus bagaimana dengan orang awam,
orang yang hanya mengikuti arus perubahan hanya karena minimnya pengetahuan,
siapa yang akan memberikan pengetahuan kepada mereka yang membutuhkan petunjuk
atau arahan disaat ekonomi juga tak kunjung memberikan kesejahteraan, bagi
mereka yang berjuang perseorangan akan merasa dunia tidak adil. Oleh karena
itu, kita lah sebagai the leader pena dakwah yang Allah beri kesempatan
duduk dibangku pendidikan untuk belajar hal-hal baru setiap harinya. Kita lah
yang harus menyampaikan dan mentranformasikan ilmu pengetahuan kepada
masyarakat sehingga tercipta perubahan sosial kearah yang lebih baik.
Mendengar-Membaca-Menulis-Mentranformasikan
merupakan pilar-pilar penting yang harus dilalui dan dimiliki pelajar masa
kini. Kecanggihan teknologi tidak mungkin dihindari, akan terjadi moderasi
diberbagai bidang yang membentuk dunia baru. Dunia maya merupakan wadah yang
menjebatani semua orang diseluruh dunia dapat berinterkasi melalui kecanggihan
teknologi. Dampak yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi tidak hanya aspek
positifnya saja, namun ada banyak persoalan dan tantangan turut hadir yang
akhirnya menjadi problematika bersama. Seorang pelajar harus memperkuat
literasi mereka, bukan sekadar kegiatan membaca, menulis dan hal yang
berkaiatan dengan ke-aksaraan. Namun diseimbangkan dengan pengelolaan informasi
dan kepekaan membaca perkembangan zaman.
Hal
tersebut sudah Tuhan perintahkan dalam firmannya QS. Al-Alaq ayat 1-5, kemudian
Allah telah bersumpah demi (pena) yang tertulis dalam QS. Al-Qalam ayat 1. Ditemukan
banyak argumentasi menyoal tentang penafsiran dari surat Al-Qalam ayat 1: Nun
Wal Qalami Wa maayasthuruun “Nun, Demi pena dan apa yang dituliskannya”.
Nun,
seperti yang telah dijelaskan oleh para ulama bahwa kata nuun ini ditafsirkan
sama seperti awalan surat alif laam raa’, alif laam mim, alif
laam mim shaad, dan sebagainya. Namun ahli tafsir menyerahkan pengertiannya
kepada Allah karena termasuk ayat-ayat mustasyaabihat. Adapula yang menafsirkan
seperti Quraish Shihab menjelaskan mengapa huruf Nun dipilih karena
memiliki keistimewaan. Ia percaya bahwa huruf Nun memiliki arti yang
unik. Ia menjelaskan mengapa Nun disebut huruf dzalaqiyah, yaitu ujung
huruf tempat lidah menekan langit-langit mulut. Selain itu, huruf Nun
bisa berarti ikan, tinta, pisau, benda tajam atau berita. Adapula yang
menafsirkan bahwa Nun merupakan sekor ikan yang Allah perintahkan
menelan Nabi Yunus ketika Nabi Yunus melarikan diri dari kaumnya, hal ini
dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’.
Wal
Qalami, dari
Ibnu Hatim mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبِي،
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى بَنِي أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "خَلَقَ اللَّهُ النُّونَ، وَهِيَ الدَّوَاةُ"
Artinya:
Telah memberi tahu kami ayahku, telah memberi tahu kami Hisham ibn Khalid,
telah memberi tahu kami Al-Hasan ibn Yahya, telah memberi tahu kami Abu
Abdullah mania Bani Umayyah, dari Abu Saleh, dan Abu Hurairah yang mengatakan
dia telah mendengar Rasulullah. bersabda: Allah telah menciptakan nun, yaitu
tinta. Ibn Jarir berkata, telah memberi tahu kami Ibn Humaid. telah memberi
tahu kami Ya'qub, telah memberi tahu kami saudaranya bernama Isa ibn Abdullah,
telah memberi tahu kami Sabit As-Samali, dari Ibn Abbas yang mengatakan bahwa
Allah menciptakan nun yaitu tinta dan menciptakan al-qalam. Kemudian Allah
berkata, "Tulis!" Qalam bertanya, "Apa yang harus saya
tulis?" Allah SWT. berkata, “Tuliskan semua yang terjadi sampai hari
kiamat. Selanjutnya dalam kitab Al-Misbah menafsirkan bahwa Qalam (pena)
sebagai alat tulis apapun termasuk laptop, computer, tablet, dll. Dalam
penafsiran Quraish shihab pun sependapat karena sejalan dengan perintah iqra’.
Makna
sederhana dari hadis diatas menjelaskan bahwa Al-Qalam merupakan sebuah pena,
yang digunakan untuk menulis. Dari menulis dapat mengikat pengetahuan, karena
usia dan ingatan manusia memiliki batasan. Tulisan-tulisan yang dilahirkan dari
pelajar menjadi manivestasi baik bagi diri sendiri dan masyarakat secara umum.
Dengan bantuan teknologi hanya dengan hitungan detik tulisan yang
dipubliskasikan dapat dibaca khalayak umum. Dakwah bil Qalam ini juga termasuk
efektif dan efisien bepengaruh mengubah opini dan sudut pandang orang.
Wa
maa yasthuruun, secara
harfiah terjemahan dalam Al-Qur’an “Dan apa yang mereka tulis”. Merujuk pada buku
karya Azaki Kahoirudin, penafsiran wa maa yasthuruun dirujukkan pada
pendapat Quraisy Shihab pemahamannya tentang “dan apa yang mereka tulis”
berkaitan dengan Al-Qalam. Jika kata “mereka” dapat ditafsirkan dalam makna
malaikat, sahabat Nabi, Para penulis wahyu atau manusia pada umumnya. Siapapun
yang dimaksud, arti jelasnya merujuk pada tulisan yang dapat dibaca. Dengan
demikian Allah seakan bersumpah akan kebermanfaatan dan kebaikan yang diperoleh
dari sebuah tulisan. Secara tidak langsung hal ini juga mengingatkan pada kita
pentingnya membaca.
Aktivitas
yang saat ini bisa kita sebut sebagai literasi merupakan khazanah keilmuan yang
akan terus berkembang. Menghidupkan tradisi
membaca-menulis-membukukan/mentransformasikan ilmu pengetahuan sejatinya sudah
menjadi kewajiban bagi umat muslim karena bagian dasar dalam belajar.
Jika
manusia mempelajari dan mengamalkan penafsiran ayat ini, ada beberapa hal yang
dapat dijadikan motivasi untuk melahirkan sebuah gerakan pelajar yaitu:
1. Meningkatnya daya literasi pelajar dapat
terbentuknya komunitas pelajar literat.
2. Selain mendorong manusia untuk
berpengetahuan juga meningkatkan ketauhidan kepada Allah SWT. dari sini pelajar
juga bisa berdakwah bil qalam.
3. Mengutip dari tulisan Azaki Khoirudin dari
buku “NUUN, tafsir gerakan AL-Qolam”
“Penafsiran
Hamka yang mencoba mengkorelasikan dengan kehidupan. Hamka menafsirkan huruf nuun
ini sebagai tinta dan qalam atau bisa disebut dengan pena. Pena yang digunakan
menulis. Tulisan-tulisan inilah hasil dan buah pena dari para ahli pengetahuan
yang menyebarkan ilmu pengetahuan dengan tulisan. Tinta-pena-tulisan ketiganya
merupakan kesatuan yang penting bagi kehidupan manusia sampai saat ini”.
4. Kesadaran untuk berpikir kreatif, dalam
hal ini pelajar dituntut bersikap aktif dalam menentukan jalannya sejarah.
5. Kesadaran untuk berpikir kritis, seorang
pelajar harus memiliki paradigm kritis, dalam menilai ataupun menganalisis
pengetahuan dan realita yang terjadi.
No comments:
Post a Comment