Oleh: Nurul Muhson
Hanun Asrohah
(1999:188-189) menyebutkan bahwa secara perlahan-lahan pemerintah membina dan
mengarahkan pesantren agar bersikap adaptif terhadap perkembangan masyarakat.
Akhirnya, pesantren mulai mengadopsi sistem pendidikan Islam modern, seperti
madrasah. Dengan mendirikan madrasah di dalam pesantren, pesantren dapat
dipertahankan sebagai tempat belajar agama Islam bagi para santri yang tinggal
di pesantren atau di sekitar pesantren. Selain itu, kiai tetap bisa mengamalkan
praktek agama sesuai dengan tradisi pesantren yang berlaku sejak sebelum
Indonesia merdeka. Dengan mendirikan madrasah,
pesantren dapat memberikan relevansinya bagi tuntutan zaman dan
masyarakat.
Imam Bawani (1987:164)
mengatakan, dibanding pesantren dan madrasah, lembaga pendidikan yang bernama
sekolah boleh dikatakan setiap orang mengenalnya. Sekolah, biasanya difahami
sebagai lembaga pendidikan umum yang sebagian besar di bawah kordinasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Muhaimin (2009:104)
mengatakan masuknya sekolah umum ke dalam pesantren, atau keberadaan sekolah umum
di lingkungan pondok pesantren, berarti
pesantren bukan hanya bertugas memelihara dan meneruskan tradisi yang berlaku
di pesantren, tetapi pesantren juga mengembangkan pola-pola budaya baru agar
bisa membantu peserta didik dan masyarakat untuk mengakomodasi perubahan yang
sedang dan yang sudah terjadi. Bahkan mampu mengembangkan pola-pola pelatihan
dan pendidikan baru guna menjawab tuntutan perubahan dari zaman ke zaman. Peserta
didik di sekolah terpadu diposisikan sebagai siswa sekaligus sebagai santri.
Sekolah umum yang berada di lingkungan pesantren,
Imam Bawani (1987:165) mengatakan bahwa suasana kehidupan siswa sehari-harinya
boleh dikatakan mirip dengan madrasah dan atau mirip dengan pesantren. Dan ciri
khas sekolah umum ini, dibanding pesantren dan madrasah, adalah relatif lebih
teratur, karena pada umumnya didukung oleh dana dan tenaga terampil yang
mamadai, terutama yang berstatus negeri.
Hanun Asrohah
(1999:189) menjelaskan, santri-santri yang hanya memperdalam pengetahuan agama
di pesantren banyak menghadapi kesulitan untuk melanjutkan pendidikan dan di
lapangan kerja, karena mereka tidak menguasai keterampilan atau pengetahuan
umum, bahkan tidak ada juga ijazah sebagai bukti formal bahwa mereka telah
menguasai suatu bidang tertentu, atau paling tidak bukti bahwa mereka mempunyai
kemampuan menjadi guru agama atau umum. Maka, dengan didirikannya madrasah atau
sekolah umum, santri yang belajar di madrasah atau sekolah umum akan mendapat
pengakuan dari Kementerian agama atau Dinas P dan K, dan akan mendapat
kesempatan lebih besar dalam melanjutkan pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Dalam realitasnya,
saat ini banyak pesantren yang telah menyelenggarakan sistem sekolah, yaitu
“sistem sekolah dan pesantren sebagai sekolah terpadu” atau “sekolah umum di lingkungan pondok
pesantren”.
Hanun Asrohah
(1999:189) menyebutkan pesantren Tebuireng Jombang adalah pesantren pertama
yang mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pendapat Hanun
Asrohah tersebut berbeda dengan pendapat Ridlwan Nasir, dimana Ridlwan Nasir
(2010:286) menyebutkan berdirinya sekolah umum di pesantren Tebuireng yaitu
Sekolah Menengah Pertama (SMP) A.Wahid Hasyim Tebuireng didirikan pada tanggal
1 Agustus 1975. Kemudian, Ridlwan Nasir (2010:170) menyebutkan bahwa berdirinya
sekolah umum di pondok pesantren Darul Ulum yaitu Sekolah Menengah Pertama
Darul Ulum (SMP DU) berdiri sejak tahun 1958.
Hanun Asrohah
(1999:190) mengatakan belakangan ini pesantren telah menuju suatu perkembangan
yang luar biasa, dengan berdirinya perguruan tinggi di pesantren. Hanun Asrohah
(1999:191) menyebutkan bahwa pesantren
yang mulai merintis untuk mendirikan perguruan tinggi di antaranya adalah
pesantren Darul Ulum Jombang. Pada September 1965, pesantren ini mendirikan
Universitas Darul Ulum.
Pernyataan yang
diungkapkan oleh Hanun Asrohah tersebut senada dengan pernyatan yang ditulis
oleh Azyumardi Azra (2012:126) bahwa di antara pesantren yang dapat dipandang
sebagai perintis dalam eksperimen untuk mendirikan sekolah umum dan atau
Universitas adalah pesantren Darul Ulum,
Rejoso, Peterongan, Jombang, Jawa Timur, yang pada September 1965 mendirikan
Universitas Darul Ulum, yang terdaftar pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Universitas ini terdiri dari 5 fakultas, dan hanya 1 fakultas yang merupakan
fakultas agama Islam. Menurut Hanun
Asrohah (1999:191) pesantren lain yang mengikuti langkah di atas, adalah
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang juga mendirikan Universitas Hasyim
Asy’ari (UNHAS) yang kemudian berubah menjadi Institut Kyai Haji Hasyim Asy’ari
(IKAHA). Langka tersebut kemudian juga diikuti oleh beberapa pesantren besar,
seperti Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren
Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, dan lain sebagainya.
Ahmad Tafsir (1992:199)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa di
pesantren sekarang ini telah dibuka beberapa sekolah umum, baik yang mengikuti
jalur Dinas Pendidikan maupun jalur Kementerian Agama. Sekilas kelihatan
menguntungkan. Ya dalam berbagai hal, tetapi dapat merugikan dalam hal lain.
Kekuatan pesantren, tadi sudah disebutkan pada awal tulisan in, ditentukan juga
oleh banyaknya santri. Sekarang sebenarnya jumlah santri di pesantren semakin
merosot atau berkurang. Yang banyak sekarang adalah siswa Tsanawiyah, Aliyah,
SMP atau SMA. Mereka ini hampir seluruhnya bukan santri. Mereka sekolah di
komplek pesantren. Menurut Ahmad Tafsir (1992:199) santri adalah mereka yang
mondok di pesantren dan mengaji kitab kuning, atau mereka yang tidak mondok ini
disebut santri kalong, tetapi mereka mengaji kitab kuning. Siswa
sekolah-sekolah tadi dapat saja merangkap manjadi santri, tetapi yang saya
ketahui (kata Ahmad Tafsir) jumlah mereka amat sedikit.
Dalam penelitian
Ahmad Tafsir (1992:198) disebutkan bahwa di Jawab Barat sekarang ini banyak
pesantren yang telah membuka fakultas. Mereka mempunyai Perguruan Tinggi (PT).
Umumnya pesantren itu membuka fakultas agama yang berkiblat pada
fakultas-fakultas yang ada di Institut Agama Islam Nengeri (IAIN).
Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa pesantren Tebuireng Jombang adalah pesantren pertama yang
mendirikan pendidikan dasar berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan mendirikan
pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut Hanun Asrohah
(1999:189), sedangkan pesantren yang
pertama kali merintis pendidikan tinggi adalah Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang
pada September 1965 yaitu mendirikan Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang.
Sedangkan menurut Ridlwan Nasir (2010:170) bahwa pondok pesantren yang pertama mendirikan
sekolah umum adalah pesantren Darul Ulum
Rejoso Peterongan yaitu mendirikan Sekolah Menengah Pertama Darul Ulum (SMP DU)
sejak tahun 1958.
No comments:
Post a Comment