Menu Dropdown

27 March 2018

Sekolah Umum di Pondok Pesantren


Oleh: Nurul Muhson
Hanun Asrohah (1999:188-189) menyebutkan bahwa secara perlahan-lahan pemerintah membina dan mengarahkan pesantren agar bersikap adaptif terhadap perkembangan masyarakat. Akhirnya, pesantren mulai mengadopsi sistem pendidikan Islam modern, seperti madrasah. Dengan mendirikan madrasah di dalam pesantren, pesantren dapat dipertahankan sebagai tempat belajar agama Islam bagi para santri yang tinggal di pesantren atau di sekitar pesantren. Selain itu, kiai tetap bisa mengamalkan praktek agama sesuai dengan tradisi pesantren yang berlaku sejak sebelum Indonesia merdeka. Dengan mendirikan madrasah,  pesantren dapat memberikan relevansinya bagi tuntutan zaman dan masyarakat.

Imam Bawani (1987:164) mengatakan, dibanding pesantren dan madrasah, lembaga pendidikan yang bernama sekolah boleh dikatakan setiap orang mengenalnya. Sekolah, biasanya difahami sebagai lembaga pendidikan umum yang sebagian besar di bawah kordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Muhaimin (2009:104) mengatakan masuknya sekolah umum ke dalam pesantren, atau keberadaan sekolah umum di lingkungan pondok pesantren,  berarti pesantren bukan hanya bertugas memelihara dan meneruskan tradisi yang berlaku di pesantren, tetapi pesantren juga mengembangkan pola-pola budaya baru agar bisa membantu peserta didik dan masyarakat untuk mengakomodasi perubahan yang sedang dan yang sudah terjadi. Bahkan mampu mengembangkan pola-pola pelatihan dan pendidikan baru guna menjawab tuntutan perubahan dari zaman ke zaman. Peserta didik di sekolah terpadu diposisikan sebagai siswa sekaligus sebagai santri.

Sekolah  umum yang berada di lingkungan pesantren, Imam Bawani (1987:165) mengatakan bahwa suasana kehidupan siswa sehari-harinya boleh dikatakan mirip dengan madrasah dan atau mirip dengan pesantren. Dan ciri khas sekolah umum ini, dibanding pesantren dan madrasah, adalah relatif lebih teratur, karena pada umumnya didukung oleh dana dan tenaga terampil yang mamadai, terutama yang berstatus negeri.
Hanun Asrohah (1999:189) menjelaskan, santri-santri yang hanya memperdalam pengetahuan agama di pesantren banyak menghadapi kesulitan untuk melanjutkan pendidikan dan di lapangan kerja, karena mereka tidak menguasai keterampilan atau pengetahuan umum, bahkan tidak ada juga ijazah sebagai bukti formal bahwa mereka telah menguasai suatu bidang tertentu, atau paling tidak bukti bahwa mereka mempunyai kemampuan menjadi guru agama atau umum. Maka, dengan didirikannya madrasah atau sekolah umum, santri yang belajar di madrasah atau sekolah umum akan mendapat pengakuan dari Kementerian agama atau Dinas P dan K, dan akan mendapat kesempatan lebih besar dalam melanjutkan pendidikan dan lapangan pekerjaan.
Dalam realitasnya, saat ini banyak pesantren yang telah menyelenggarakan sistem sekolah, yaitu “sistem sekolah dan pesantren sebagai sekolah terpadu”  atau “sekolah umum di lingkungan pondok pesantren”.
Hanun Asrohah (1999:189) menyebutkan pesantren Tebuireng Jombang adalah pesantren pertama yang mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).  
Pendapat Hanun Asrohah tersebut berbeda dengan pendapat Ridlwan Nasir, dimana Ridlwan Nasir (2010:286) menyebutkan berdirinya sekolah umum di pesantren Tebuireng yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) A.Wahid Hasyim Tebuireng didirikan pada tanggal 1 Agustus 1975. Kemudian, Ridlwan Nasir (2010:170) menyebutkan bahwa berdirinya sekolah umum di pondok pesantren Darul Ulum yaitu Sekolah Menengah Pertama Darul Ulum (SMP DU) berdiri sejak tahun 1958.
Hanun Asrohah (1999:190) mengatakan belakangan ini pesantren telah menuju suatu perkembangan yang luar biasa, dengan berdirinya perguruan tinggi di pesantren. Hanun Asrohah (1999:191)  menyebutkan bahwa pesantren yang mulai merintis untuk mendirikan perguruan tinggi di antaranya adalah pesantren Darul Ulum Jombang. Pada September 1965, pesantren ini mendirikan Universitas Darul Ulum.
Pernyataan yang diungkapkan oleh Hanun Asrohah tersebut senada dengan pernyatan yang ditulis oleh Azyumardi Azra (2012:126) bahwa di antara pesantren yang dapat dipandang sebagai perintis dalam eksperimen untuk mendirikan sekolah umum dan atau Universitas adalah  pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Jawa Timur, yang pada September 1965 mendirikan Universitas Darul Ulum, yang terdaftar pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas ini terdiri dari 5 fakultas, dan hanya 1 fakultas yang merupakan fakultas agama Islam.  Menurut Hanun Asrohah (1999:191) pesantren lain yang mengikuti langkah di atas,   adalah Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang juga mendirikan Universitas Hasyim Asy’ari (UNHAS) yang kemudian berubah menjadi Institut Kyai Haji Hasyim Asy’ari (IKAHA). Langka tersebut kemudian juga diikuti oleh beberapa pesantren besar, seperti Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, dan lain sebagainya.
Ahmad Tafsir (1992:199) dalam penelitiannya  menyebutkan bahwa di pesantren sekarang ini telah dibuka beberapa sekolah umum, baik yang mengikuti jalur Dinas Pendidikan maupun jalur Kementerian Agama. Sekilas kelihatan menguntungkan. Ya dalam berbagai hal, tetapi dapat merugikan dalam hal lain. Kekuatan pesantren, tadi sudah disebutkan pada awal tulisan in, ditentukan juga oleh banyaknya santri. Sekarang sebenarnya jumlah santri di pesantren semakin merosot atau berkurang. Yang banyak sekarang adalah siswa Tsanawiyah, Aliyah, SMP atau SMA. Mereka ini hampir seluruhnya bukan santri. Mereka sekolah di komplek pesantren. Menurut Ahmad Tafsir (1992:199) santri adalah mereka yang mondok di pesantren dan mengaji kitab kuning, atau mereka yang tidak mondok ini disebut santri kalong, tetapi mereka mengaji kitab kuning. Siswa sekolah-sekolah tadi dapat saja merangkap manjadi santri, tetapi yang saya ketahui (kata Ahmad Tafsir) jumlah mereka amat sedikit.
Dalam penelitian Ahmad Tafsir (1992:198) disebutkan bahwa di Jawab Barat sekarang ini banyak pesantren yang telah membuka fakultas. Mereka mempunyai Perguruan Tinggi (PT). Umumnya pesantren itu membuka fakultas agama yang berkiblat pada fakultas-fakultas yang ada di Institut Agama Islam Nengeri (IAIN).
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pesantren Tebuireng Jombang adalah pesantren pertama yang mendirikan pendidikan dasar berbentuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan mendirikan pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut Hanun Asrohah (1999:189),  sedangkan pesantren yang pertama kali merintis pendidikan tinggi adalah Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang pada September 1965 yaitu mendirikan Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang. Sedangkan menurut Ridlwan Nasir (2010:170) bahwa  pondok pesantren yang pertama mendirikan sekolah umum adalah  pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan yaitu mendirikan Sekolah Menengah Pertama Darul Ulum (SMP DU) sejak tahun 1958.

No comments:

Post a Comment